FAKTOR PSIKOSOSIAL LINGKUNGAN KERJA (STUDI KASUS) PADA KARYAWAN PABRIK SSP PT. X
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Indonesia
Abstract
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang melakukan pekerjaan. Banyak faktor bahaya di lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan faktor psikososial karyawan. Faktor bahaya tersebut bersumber dari kegiatan dimana proses produksi berlangsung. Lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat merupakan beban tambahan kerja bagi karyawan. Bahaya faktor psikososial di tempat kerja dapat berhubungan dengan lingkungan sosial kerja, yang berpotensi menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologis karyawan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor psikososial dari kondisi lingkungan kerja pabrik SSP PT. X. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus kualitatif. Subjek informan berjumlah 2 orang karyawan yang bekerja pada pabrik SSP PT. X. Teknink pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi dan wawancara. Hasil yang didapat diketahui kondisi lingkungan kerja pada pabrik SSP PT. X memiliki faktor psikososial. Sehingga mempengaruhi emosi karyawan antara lain, nada suara menjadi tinggi dan keras seperti berteriak atau marah-marah terhadap orang lain, mudah merasa jengkel atau merasakan perasaan tidak senang dan sulit tidur lelap. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan kerja yang bising, suhu yang panas serta berdebu sehingga dapat menimbulkan faktor psikososial bagi karyawan.
Keywords
References
Aronsson, G., Gustafsson, K., & Dallner, M. (2002). Work environment and health in different types of temporary jobs. European Journal of Work and Organizational Psychology, 11(2), 151–175.
As’ad, M. (1998). Psikologi industri. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Bernhard-Oettel, C., Sverke, M., & de Witte, H. (2005). Comparing three alternative types of employment with permanent full-time work: How do employment contract and perceived job conditions relate to health complaints? Work & Stress, 19(4), 301–318.
Budiono, S. M. A, Jusuf, S. M. R., & Pusparini, A. (2016). Bunga rampai hiperkes dan KK, higiene perusahaan, ergonomi, kesehatan kerja, keselamatan kerja. Edisi revisi cetakan keenam. Semarang: Universitas Diponegoro.
Cox, T., & Griffith, A. G. (2000). Research on work related stress. European Agency for Safety and Health at Work: Belgium.
ILO. (2018). Meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja pemuda. Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional.
Jeyaratnam, J., & David, K. (2009). Buku ajar praktik kedokteran kerja. EGC: Jakarta.
Kuswana, S. W. (2016). Ergonomi dan K3. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lewa, S. (2005). Perilaku dan budaya organisasi. Bandung: Refika Aditama.
Malik, R.A. (2016). Gambaran faktor psikososial di tempat kerja pada pekerja tekstil PT. Sandratex Ciputat Tahun 2016. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.
Malard, L., Chastang, J. F., & Niedhammer, I. (2015). Changes in psychosocial work factors in the French working population between 2006 and 2010. International Archieves of Occupational and Envirotmental Health, 88(2), 235-246. doi: 10.1007/s00420-014-0953-6.
Mignano, C., Faghri, P. D., Huedo-Medina, T., & Cherniack, M. C. (2016). Psychological health, behavior, and bodyweight (PBBW) model: An evaluation of predictors of health behaviors and body mass index (BMI). Journal of Workplace Behavioral Health, 31(1), 37–56.
Mills, G. (1991). Manajemen perkantoran modern. Jakarta: Binarupa Aksara.
Moekijat. (2002). Manajemen kepegawaian. Bandung: Alumni.
Moleong, L. J. (2004). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munandar, A. S. (1995). Psikologi industri I. Jakarta: Karunika.
Ndraha, T. (2005). Teori budaya organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Niedhammer I., Chastang, J. F., Sultan-Taieb, H., Vermeylen, G., & Parent-Thirion, A. (2012). Psychosocial work factors and sicknessabsence in 31 countries in Europe. European Journal of PublicHealth, 23(4), 622–629.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat: Prinsip-prinsip dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Piko, B. F. (2003). Psychosocial work environment and psychosomatic health of nurses in Hungary. Work & Stress, 17(1), 93–100.
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: LPSP 3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Pulat, M. B. (1992). Fundamentals of industrial ergonomics. Prentice Hall: New Jersey.
Purnama, A. D, Satrianegara, F. M & Mallapiang, F. (2017). Gambaran faktor psikososial terhadap kinerja pada petugas kesehatan di puskesmas kasi-kasi kota Makasar. Journal Higine, 3(2), 106-113.
Sahab, S. (1997). Teknik manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: Bina Sumber Daya Manusia.
Salim, A. (2006). Teori dan paradigma penelitian sosial: Penelitian kualitatif. Edisi kedua. Jakarta: Tiara Wacana.
Santoso, G. (2004). Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Saydam, G. (2000). Manajemen sumber daya manusia (human resources management). Jakarta: Djambatan.
Sedarmayanti. (2017). Manajemen sumberdaya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sidabutar, D. I., & Poerwandari, E. K. (2003). Pemulihan psikososial berbasis komunitas: pengalaman kerja di Indonesia. Jakarta: Pulih dan Kontras.
Sudrajat, K. W., & Aipassa, I. M. (1998). Manajemen lingkungan kerja. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan..
Sutjana, I. D. P. (2015). Aspek ergonomi dari risiko psikososial ditempat kerja. Jurnal ergonomi Indonesia, 1(1), 1-9.
Sule, E.T. (2005). Pengantar manajemen. Jakarta: Prenada Media.
Sunyoto, D. (2013). Sumber daya manusia. Yogyakarta: CAPS.
Taylor, W. C. (2011). Booster breaks: An easy-to-implement workplace policy designed to improve employee health, increase productivity, and lower health care costs. Journal of Workplace Behavioral Health, 26(1), 70–84.
Tustin, N. (2010). The cost of shift work on employee health and performance: Can organizations afford to ignore the consequences? India Review, 9(4), 425–449.
Yadi, H. Y. (2015). Konsep rancangan alat ukur risiko ergonomi. Journal Industrial Services, 1(1), 1-4.