EFISIENSI AIR PADA PEMBIBITAN UTAMA KELAPA SAWIT MELALUI APLIKASI MULSA ORGANIK DAN PENGATURAN VOLUME PENYIRAMAN

Yan Sukmawan
https://scholar.google.co.id/citations?hl=id&user=5aTgsWAAAAAJ
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung
Indonesia
Dewi Riniarti
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung
Indonesia
Bambang Utoyo
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung
Indonesia
Ahmad Rifai
Program Studi Produksi dan Manajemen Industri Perkebunan, Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung
Indonesia

Abstract

Bibit kelapa sawit di pembibitan utama membutuhkan air sekitar 2 l/hari/tanaman. Hal ini menimbulkan kendala dalam penyediaan air pada musim kemarau dan daerah dengan tingkat curah hujan yang rendah sehingga diperlukan upaya mengurangi kehilangan air akibat penguapan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis mulsa organik terbaik pada pembibitan utama kelapa sawit, mendapatkan volume penyiraman terbaik pada pembibitan utama kelapa sawit dan mendapatkan interaksi terbaik antara jenis mulsa dan volume penyiraman pada pembibitan utama kelapa sawit. Percobaan lapangan telah dilakukan pada Juli 2017 hingga Desember 2017 dengan rancangan acak kelompok faktorial. Faktor pertama yaitu jenis mulsa organik yang terdiri atas empat taraf: tanpa mulsa (M0), mulsa jerami padi (M1), mulsa sekam padi (M2), dan mulsa tandan kosong kelapa sawit (M3). Faktor kedua yaitu volume pemberian air irigasi yang terdiri atas dua taraf, yaitu pemberian air 1 l/hari/tanaman (I1) dan pemberian air 2 l/hari/tanaman (I2). Satuan pengamatan terdiri atas tiga bibit kelapa sawit dalam polibag untuk tiap kombinasi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mulsa organik belum mampu meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan utama. Pertumbuhan bibit kelapa sawit terbaik dicapai dengan volume penyiraman 2 l/polibag/hari. Perlakuan kombinasi terbaik adalah mulsa tandan kosong kelapa sawit dan volume penyiraman 2 l/polibag/hari yang memberikan pengaruh terbaik pada kelembaban media tanam di pembibitan utama.

Keywords
Kelembapan Tanah, Konsumsi Air, Mulsa Tandan Kosong Kelapa Sawit, Pengelolalan Pembibitan Kelapa Sawit
References

Amanah, DM., Haris, N., Santi, LP. 2019. Physiological responses of bio-silica-treated oil palm seedlings to drought stress. Menara Perkebunan, 87(1): 20–30.

Antari, R., Wawan, Manurung, GM. 2012. Pengaruh pemberian mulsa organik terhadap sifat fisik dan kimia tanah serta pertumbuhan akar kelapa sawit. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau, 1(1): 1–13.

Damanik, ES., Irsal, Hasanah, Y. 2017. Pemanfaatan mikofer pada kelapa sawit dengan interval penyiraman di pembibitan. Jurnal Online Agroekoteknologi, 3(1): 44–51.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019. Buku statistik kelapa sawit (palm oil) 2017-2019. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Jakarta.

Hashim, Z., Muhamad, H., Subramaniam, V., May, CY. 2014. Water footprint: Part 2 - FFB Production for Oil Palm Planted in Malaysia. Journal of Oil Palm Research, 26(4): 282–291.

Hendriyani, IS., Setiari, N. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang panjang (Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda. J. Sains & Mat., 17(3): 145–150.

Indraheni, R., Fatonah, S., Herman 2013. Pemanfaatan mulsa organik Pueraria javanica dan kompos pelepah kelapa sawit terhadap penghambatan perkecambahan dan pertumbuhan anakan gulma Borreria alata (Aublet) DC. J. Agrotek. Trop., 2(1): 11–16.

Manzoni, S., Schimel, JP., Porporato, A. 2012. Responses of soil microbial communities to water stress: Results from a meta-analysis. Ecology, 93(4): 930–938.

Maryani, AT. 2012. Pengaruh volume pemberian air terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan utama. Jurnal Bioplantae, 1(2): 64–74.

Prihastuti, P. 2011. Struktur komunitas mikroba tanah dan implikasinya dalam mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan. El–Hayah, 1(4): 174–181.

Sholihatun, F., Putra, ETS., Kastono, D. 2014. Induksi ketahanan kekeringan delapan hibrida kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan boron. Vegetalika, 3(3): 14–26.

Sim, CC., Zaharah, AR., Tan, MS., Goh, KJ. 2015. Rapid determination of leaf chlorophyll concentration, photosynthetic activity and NK concentration of Elaies guineensis via correlated SPAD-502 chlorophyll index. Asian Journal of Agricultural Research, 9(3): 132–138.

Situmorang, PC., Wawan, Khoiri, MA. 2015. Pengaruh kedalaman muka air tanah dan mulsa organik terhadap sifat fisik dan kimia tanah gambut pada perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). JOM Faperta, 2(2): 1–15.

Sun, D., Li, K., Bi, Q., Zhu, J., Zhang, Q., Jin, C., Lu, L., Lin, X. 2017. Effects of organic amendment on soil aggregation and microbial community composition during drying-rewetting alternation. Science of the Total Environment, 574: 735–743.

Vicente, O., Boscaiu, M. 2020. Improving crop yields in a climate change scenario. Journal of Biotechnology, 280(2018): S9. Tersedia di http://dx.doi.org/10.1016/j.jbiotec.2018.06.332.

Wahjunie, ED., Sinukaban, N., Damanik, BSD. 2012. Perbaikan kualitas fisik tanah menggunakan mulsa jerami padi dan pengaruhnya terhadap produksi kacang tanah. J. Tanah Lingk., 14(1): 7–13.

Widiastuti, H., Panji, T. 2007. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sisa jamur merang (Volvariella volvacea)(TKSJ) sebagai pupuk organik pada pembibitan kelapa sawit. Menara Perkebunan, 75(2): 70–79.

Information
PDF
3996 times PDF : 5240 times